Senin, 04 Mei 2015

Negeri yang Dikutuk

Sumber Foto : lenterapembebasanartshop.blogspot.com

Waktu terus bergulir lepas tak ada makluk yang mampu mengendalikannya, selain Tuhan. Kian hari kian lama kegalauan makin menjadi, tapi berhenti mengutuki bangsa ini dengan makian, atau berbicara bangsa ini abnormal karena tidak berjalan sesuai rule yang selayaknya sebagai negara yang ideal. Salah besar jika kita bilang bangsa ini sedang dikutuk, bangsa ini hanya sedang bangkit meskipun merangkak, bangsa ini hanya sedang berjalan meski gelap, hanya perlu sebatang lilin yang memberikan cahaya agar arahnya benar.

Coba saja tengok di pagi hari, rakyat di negeri ini bangun sebelum pagi bahkan mendahului matahari terbit di bagia timur, bertebaran di muka bumi, memenuhi tempat jual beli rakyat, dijalan atau bahkan di kelas kelas tempat menimba ilmu, bahkan sebagian dari mereka harus bertaruh dengan nyawa demi menyongsong dan memenuhi hajat hidup mereka. Sebagian besar dari mereka rela menjalani kehidupan yang berat dengan penuh tanggung jawab. Lantas apa dan bagian mana yang dikutuk? Keresahan di bangsa ini bukan bersumber dari rakyatnya rupanya, melainkan pada mereka yang diamanahi sebagai pengurus negara, berbagai urusan negara yang berpegaruh dalam kehidupan rakyatnya seolah berjalan tanpa target yang real. Berbagai wacana hanya sampai dalam tahap rencana dan tak kunjung terlaksana dalam wujud kerja yang nyata. Di negeri yang dikutuk, pengurus negara berhasil menanamkan dan menumbuhkan benih benih pesimisme dalam jiwa rakyatnya. Pengurus negara berhasil menyemai bibit kekecewaan yang kolektif dalam jiwa rakyatnya, tak sepenuhnya salah jika ada yang menggerutu mengutuki.

Belum genap satu tahun masa kepemimpinan bergulir dan jatuh dipundak salah satu anak bangsa putra bangsa yang berhasil menebar aroma lewat citranya. Bangsa yang punya jiwa besar karena dibangun dari bapak bapak bangsa yang kecintaan pada bangsa melebihi cintanya untuk dirinya sendiri, yang ulung dalam berbicara dan besar dalam kerja nyata dan integritasnya, bukan hanya dibangun karena citra. Bukan karena citranya, namun karena integritas yang tiggi dan kehidupan kesehariannya yang membuat mempesona, mempesona ketika berbicara, atau mempesona ketika mengeluarkan ide. Bangsa ini hanya perlu pengurus yang memiliki integritas dan kecitaan yang besar terhadap bangsa dan rakyatnya. Bangsa ini hanya perlu pengurus yang berani berkata “tidak” dalam setiap tindakan yang berpotens memperburuk nasib rakyatnya.

Bangsa ini hanya perlu pemimpin yang berkata “tidak” terhadap kepentingan asing yang mengeruk kekayaan negeri. Beberapa bulan lalu coba saja tengok di negeri yang dikutuk, kekayaan dan sumber daya yang sepenuhnya milik rakyat dirampas kembali karena teken kontrak dengan asing. Bangsa ini hanya membutuhkan pemimpin yang berani berperang dengan genderang perang, yang berani berdiri di depan menerobos dan siap dengan segala konsekuensi, bukan berani mati dan maju ala kadarnya. Pengurus negeri ini hanya perlu memaksimalkan amunisi politik yang berpengaruhya, karena rakyat di negeri yang dikutuk ini tak butuh pengumuman hasil rapat, atau sekedar turun ke selokan. Bangsa yang dikutuk ini hanya perlu pengurus yang bukan hanya memesona saat dilihat dari layar kaca atau berita, tapi justru pengurus yang memesona saat kerja bersama.

Rakyat di negeri yang dikutuk tak perlu pengurus negara yang enggan dalam bertindak dan suka melimpahkan kesalahan kepada bawahanya, bukan pengurus yang saling lempar kesalahan sesama pengurus lainnya, bukan juga pengurus yang bertugas hanya sebagai petugas partai, bukan pengurus yang hanya mementingkan kepentingan dirinya dan golongannya, usah jadi pengurus jika hanya berpikir tentang negara partai politik, lebih baik jadi pemimpin partai saja, usah mengurusi banyak orang jika hanya mau keadilan hanya milik golonganmu! Beberapa waku lalu di negeri yang dikutuk di dera dengan berbagai masalah yang membuatnya dikutuki rakyatnya bahkan oleh negara tetangganya. Di negeri yang dikutuk, oligark bermain mendominasi, senggol sana senggol sini, asal mampu memenuhi hasrat berbagai cara rela dilakukan, bermodal materi dan kuasa semua bisa dibeli. Coba tengok demokrasi dan riwayatnya kini, compang camping meski dibalut memakai kain sutra nan indah.

Pengurus negara di negeri yang dikutuk saling lempar wewenang, lembaga hukum dibalut gambar dan fungsi ideal yang indah tapi tidak mengindahkan, di negeri yang dikutuk ini hari ini dituduh besok akan balik menuduh, dijadikan tersangka kemudian menjadikan tersangkakan orang lain, di tahan kemudian menuding dan melempar kuasa, ambisinya hanya soal kuasa dan tahta, semua tentang kuasa. Tak mau disalahkan, malu berkata benar jika salah tapi berteriak lantang jika menyalahkan. Di negeri yang dikutuk ini Lembaga hukum kebal hukum, hebat bukan? Negeri yang dikutuk ini, pemuda nya banyak yang pintar tapi membodohi. Rajin membagakan diri tapi enggan bersosialisasi apalagi dengan orang diluar golongan dan kepentingannya. Di negeri yang dikutuk ini anak mudanya bisa dibeli idealisme nya, berdiri lantang didepan membusungkan dada seolah olah jadi pahlawan untuk rakyatnya, seolah olah berdiri sendiri, padahal disokong kepentingan. Di negeri yang dikutuk ini setiap jiwa yang muda dibeli untuk menjadi gembalaan sang juragan, dicocok hidungnya dengan kepentingan golongan dengan tapi bangga tegap berdiri.

Bagaimana bisa kemudian langkah negeri yang dikutuk itu bisa bangkit kembali jika pemudanya saja dibubuhi “bubuk penawar” ? Saya yakin yang terjadi pada pengurus negeri ini bukan karena tak mampu memimpin melainkan hanya dampak dari nihilnya keberanian membongka yang buntu dan keluar dari zona aman, hanya belum menggunakan amunisi politik saja. Sesederhana itu bukan.. negeri yang dikutuk itu hanya perlu pengurus negara yang berjiwa negarawan, bukan hanya jiwa bangsawan, dan politisi, hanya perlu pengurus yang menerima dan menguatkan pundak bukan melempar dan melepaskan, hanya perlu pengurus mendekat dan melihat lebih dalam bukan jauh dan membuang muka, hanya perlu pengurus mempesona saat bekerja bersama bukan Cuma mempesona saat dilihat dari layar kaca atau berita, hanya perlu yang bekerja saat dibersamai, membersamai, dan bahkan tidak bersama dan membersamai. Dan yang paling terpenting, negeri ini tidak pernah dikutuk jika tak ada yang mengutuk bukan? Pun sama halnya, negeri ini hanya butuh rakyat yang berani, berani menyampaikan yang benar terlepas dari kepentingan pribadi atau golongan, hanya perlu mereka yang berani menukarkan ego pribadinya untuk kepentingan bersama. Negeri yang dikutuk setiap rakyatnya hanya perlu menelurkan positif sejak dalam pikiran dan perbuatan untuk bangkit bersama dan memberi setitik cahaya untuk negeri yang sedang merangkak maju dalam gelap, bukan? Sengaja meminjam kekata salah satu anak bangsa, Anis Baswedan, “ Republik ini didirikan oleh para pemberani: berani dirikan negara yang bineka.”
Tugas kita hanya perlu belajar menjaga dan merawat bineka itu dengan Cinta, agak kelak anak dan cucu kita bangga bahwa Negeri ini pernah dirawat oleh para pemberani yang berani bertarung dan berusaha untuk kepentingan orang banyak.

Sabtu, 02 Mei 2015

Perjalanan - Jarak - Waktu


Perjalanan bukan berarti selalu terpaut oleh jarak. Bisa jadi perjalanan adalah tentang tempat yang selalu kita lewati namun kita tak pernah sadar, atau bahkan perjalanan bisa saja tentang sudut yang menjadi tempat tinggal kita sembari mengobrol dengan kawan, membaca buku, mendengarkan musik atau bahkan sekedar menyeruput teh atau kopi hangat pada pagi atau sore hari. Perjalanan adalah mengenal diri kita sendiri, tidak selamanya tentang jarak atau bahkan waktu. Perjalanan juga bisa saja merupakan kesempatan bertemu atau bahkan mengenal sosok baru atau tak jarang sosok yang telah lama kita mengenalnya namun tak banyak kita mengetahui isi hati atau bahkan pikirannya.

Perjalanan mungkin juga tentang waktu, ya tentang waktu kita mengenal sosok atau tokoh msalnya, atau bisa saja tentang waktu kita meninggalkan "tempat nyaman" kita untuk merajut asa mungkin. Perjalanan mungkin juga tentang jarak, seperti definisi yang kita kenal dan tertanam dalam mainset otak kita.

Perjalanan tentang jarak atau tentang waktu tak bisa selamanya salah namun tak ada alasan juga untuk membenarkan, Semacam teori Relativitas mungkin. Entah... Bagi saya, Perjalanan bukan semata tentang Waktu atau Jarak. Perjalanan adalah hal yang membuat saya merasa menggunakan hati atau berpikir menggunakan logika dalam bertindak.. Sederhana bukan?

Tak ada perjalanan yang akhirnya mampu dipikirkan sebelumnya, begitu tiba tiba dan bahkan sang pejalanan itu tak paham dan tak sadar bagaimana perjalanan itu bisa terjadi dan dilakukan. Sebagian besar orang paham dan sadar jika perjalanan itu sudah berakhir, meninggalkan jejak jejak langkah dan semerbak aroma dari kenangan. Kerap kali perjalanan tentang hal yang membuat kita tertawa terbahak atau mungkin bisa saja menangis meraung.

Mudah saja, dari perjalanan kita kadang belajar menghargai hal yang sebelumnya kita remehkan, dari perjalanan juga kita belajar sesuatu yang amat kecil namun sebenarnya besar melebihi pikiran kita sendiri, bahkan perjalanan juga mengajarkan bagaimana caranya memberikan makna untuk diri dan orang lain.. Ya, yang pasti perjalanan itu tentang Cinta, tentang rasa -senang, sedih, atau kalut-.

Perjalanan adalah waktu yang terus bergulir dan berputar dalam alunan takdir yang telah lampau atau sesuatu yang akan tiba. Dari perjalanan, sejatinya kita memanen makna,ada makna yang mampu kita pelajari, tak pelak mungkin kita lupakan, atau bahkan ternyata berguna untuk orang lain tanpa kita ketahui. Begitu semesta berlaku kemudian, hadapi, hayati, nikmati. Kita hanya perlu menelurkan buah sabar dan positif dalam tiap jengkal atau langkah kaki..
Selamat Menikmati Perjalananmu !!!

Jumat, 01 Mei 2015

#MOZAIK

Bismillahirrahmanniirrahiim..
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang kekuasaanya tidak ada yang menandingi, yang Maha Merajai dan mengetahui segala hal yang terlihat maupun tidak kasat mata, Maha besar Ia yang menciptakan manusia untuk bersaudara. Sahabat, abang, dan mba kali ini gue lagi senang menuliskan beberapa orang yang menurut gue berkesan yang pernah gue temui, sebenarnya banyak yang berkesan, bahkan jadi guru buat gue siapun itu dan berapapun usianya.. salah satu orang yang bakal gue ceritain. Gamasalah kalo gaada yang baca juga, seenggaknya nih, ini catetan bisa jadi dokumentasi bagi gue suatu saat nanti *BenerinKerah*. Sengaja sebut ajah iseng tapi sengaja, sebut ajah sengaja tapi iseng. (hallaaaahhh) Namanya aslinya Ryan Bagus Prasetyo, gue sering panggil namanya terbalik sebut ajah Bagus Ryan, lahir di Lumajang, 18 April 1995 tinggal di Kampung Kosong Tangerang (nama tempat yang aneh ~). Umurnya lebih muda keitung dari umur gue, sebut ajah ini anak adek gue, walaupun bukan adek kandung tapi demi Allah, gue sayang kaya adek gue sendiri, gapapa dibilang lebay mungkin orang yang baca aneh kenapa cowo bilang sayang sama cowo, gausah mikir aneh aneh karna gue pikir itu hal yang biasa dan lumrah kata sayang kan banyak maknanya bukan berarti selalu mengarah kearah hal hal yang sifatnya kalo anak muda bilang “jadian” misalnya, toh Rasulullah adalah sosok penyayang terhadap siapa pun bukan? Dan dalam agama manapun gue yakin diajarkan juga tentang hal demikian.

Ini anak gue kenal dari jamannya dia jadi mahasiswa baru tahun 2012, beda jurusan tapi karena gue pernah jadi mentornya dulu ketika awal banget mereka masuk di dunia kampus, dari situ awalnya kedekatan itu ada. awalnya juga biasa ajah padahal, gue memperlakuka semua adek adek mentee gue sama, sama sama diperhatiin dsb. Adek gue yang ini beda, jujur gue seneng dari caranya dia berpikir dalam hal apapun termasuk hal hal yang mungkin kita anggap itu tidak penting, misalnya bagus ini tipikal anak yang selalu ingat apa yang orang katakan, siapapun itu, asal kata katanya sesuai dengan hati dia atau kata kata itu bisa buat belajar dia bakal ingat terus dan pasti ingat siapa yang berbicara. Berbekal golongan darah AB yang unik, adek gue yang satu ini selalu menjadi unik gue pikir dimana pun dia berada, sumringah dan supel atau mudah bergaul. Semua hal dia pikir logis apapun itu, dan realistis. Hhmm apa ya contohnya berbagai hal yang sifatnya kewajiban buat dia tapi kalo dia pikir itu ga logis dan ga realistis buat dia, dia gamungkin mau ngejalanin itu atau gue masih inget kalo dia pernah nanya hal yang sifatnya filsafat. Sejujurnya gue paling gasuka dengan beberapa hal yang berkaitan dengan filsafat, apalagi kalo filsafat agama, buat gue itu hal yang “apalah”. Hehehe Bagus Ryan ini Orangnya sederhana gabanyak macem macem, saking sederhananya, gue ajak ke tempat makan yang agak kerenan dikit gitu sekali waktu dia gamau, bahkan dia buka sendal kalo masuk sepel (ini berdasarkan cerita dia sendiri *tapi boong* hallah apalaah).

Bagus ryan, gue yakin adek gue yang satu ini sosok yang gue pikir ideal pemikirannya, jernih dan gasuka diintervensi ini yang bikin gue sendiri seneng ama dia. Masih inget gue dari jaman mentoring dulu, waktu dia ikut gabung di FIP Green Team, atau tim aksinya mahasiswa FIP UNJ. Orasinya dia waktu itu tentang “Badut Badut Kentut” singkat dan memukau gue pikir, kata katanya sederhana dia Cuma ngutip apa yang dibilang Wiji Thukul, tapi ngena, serius padahal udah hampir 3 tahun tapi gue masih inget, padahal beberapa menit sebelm orasi dia bilang “Gabisa Orasi saya bang”. Terkesan anak yang cuek karena dia lebih seneng berpikir bebas tanpa ada intervensi dari siapapun. Satu waktu dulu, bulan Desember 2012 dia jadi kordinator rumah belajar anak jalanan dan anak kurang mampu di daerah sunan giri, Rawa Mangun. Orangnya rendah hati, gapernah minta amanah atau bahkan nunjukin ambisinya, tapi tanggung jawabnya yang besar sama amanahnya itu nilai plus buat dia. Bagus selalu menghargai pendapat atau bahkan pendapat orang lain walaupun gasejalan sama pikirannya, serius gue ga bohong buat ini dan yang gue berani tulisin diatas.nilai plus buat dia adalah dianugerahi wajah yang cukup tampan lah dikit, ini pasti jadi hal yang selalu buat dia geer kalo ada perempuan deket sama dia. Yaa lepas dari itu begitulah dia~~~ Beruntung Tuhan kasih kesempatan gue buat deket sama adek gue ini, berasa punya adek kandung sendiri, padahal dia juga kayanya biasa ajah dan ga terlalu nganggep gue abangnya hahaha, biarin lah gue mah gitu orangnya..

Sedikit banyak gue tau perkembangan adek gue ini, dari awal dia masih nyari jati dirinya di kampus sampai sekarang keitung dia masuk di tahun ketiga kuliahnya di kampus tercintaaah. Dari mulai jadi Kordinator dirumah belajar di tahun pertama dia di kampus dia sosok yang mampu jadi ‘bapak’ bagi rekan rekan kerjanya, gue masih inget gimana totalitasnya adek gue ini waktu dikasih kesempatan pegang amanah, walaupun lagi sakit bahkan rumahnya dia yang jauh cukup jauh dari Jakarta, tapi selalu ada waktu untuk amanahnya. Umurnya dikampus yang masih tergolong mahasiswa baru dikampus membuat ia masih butuh bimbingan waktu itu, tapi dengan sikapnya dia yang mudah bergaul dan belajar cepat dia mampu dan punya sikap dalam memimpin. Bagi gue bisa nemenin adek gue ini beberapa waktu adalah hal yang sangat menyenangkan, jujur gue seneng liat semangatnya, cerita dan cita citanya. Diawal waktu dia dapet amanah itu bagus selalu minta ngobrol dan minta pendapat tentang apapun yang hubungannya sama amanahnya, bahkan sedikit kegalauan pribadinya.
Nb: Bagus Ryan itu yang pake baju kotak kotak tengah, 2013
Nb : Dokumentasi yang gua punya waktu dia mimpin rapat orang tua, 2013

Bagus Ryan, sedari awal gue kenal adek gue ini dia orang yang lungguh (ga juga si), gaul tapi suka grogi kalau disuruh ngobrol di depan publik, bahkan untuk sekedar memberi sambutan atau mimpin rapat, bagus harus diyakinkan dulu hatinya kalo dia bisa. Bagus jadi sosok yang cepat cara belajarnya. Berkat belajarnya jadi kordinator rumah belajar selama satu tahun, di tahun kedua rekan rekannya di jurusan justru meminta ia secara langsung untuk mencalonkan diri sebagai calon ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan, lagi lagi bagus butuh diyakinkan hatinya berulang kali kalau dia bisa, di hari terakhir pemberkasan dan pendaftaran calon kandidat bagus baru memutuskan, padahal rekan rekannya sudah sejak dulu membantu pemberkasannya, masih inget gue waktu dia sms (padahal waktu itu gue lagi kuliah Manajemen Keuangan, tapi apalah artinya kuliah bagi gue haseek, bolos sekali rapop, dan lepas gue bolos gue diancam dengan nilai C sama dosen tapi apalah artinya nilai *nyengir padahal mikir*), pertanyaan yang gue tanya serius dan dapet jawabannya yang serius juga untuk kedua kalinya setalah jawabannya menerima amanah jadi kordniator setahun lalu, waktu gue sendiri tanya “Bagus mau maju, beneran? Yakin?” jawabnya “InsyaAllah bang, yakin”, mungkin perasaan gue doang tapi gue liat matanya berbinar dan tulus bahkan suaranya bergetar, ya gue tau dia nyembunyiin rasa takutnya, berhasil menahan ego pribadinya buat kepentingan orang banyak, dan yang paling penting itu ungkapan yang tulus dari hati bukan karna nafsu jabatan atau amanah! Gue saksinya.

Sedari awal bagus ryan adalah sosok yang periang, senang becanda. Tapi jaman pemilihan raya ketua BEM Desember 2013 bagus begitu sering serius, ya ini yang nunjukin loyalitasnya. Gue masih inget bagus sering ngirim pesan singkat yang selalu ngasih semangat, begini 2 contohnya yang berkesan buat gue karena waktunya yang tepat (1) “ Tak usah kau menyesali jalan yang kau pilih, ketahuilah abangku pelaut yang tangguh tidak lahir dari laut yang tenang. Bentangkan Layar Kapten!!!”, (2) “Seandainya daratan nan menawan itu pilihan sungguh pelaut yang tangguh tak akan memilihnya, iya lebih memilih untuk kembali ke samudera yang menawarkan berjuta pengalaman dan petualangan, Bentangkan layar abangku, panggil awakmu, panggil navigator ulungmu, kita akan menuju tanah yang belum terjamah”, kedua sms ini masih gue simpen di hape sampe sekarang. Hahaha. Masa kampanye berlalu gue pikir pesan singkat yang dia kirim itu jadi do’a buat dia juga, kata kata “kita akan menuju tanah yang belum terjamah” itu terbukti, Allah takdirkan bagus untuk mendapatkan amanah sebagai ketua BEM Jurusan, dari awal bagus pimpin BEMJ dia mash sering sekedar sms bertanya atau bahkan meminta saran, namun sejak bulan februari sampai dengan desember 2014 bagus disuguhi berbagai aktivitas kesibukan yang luar biasa sepertinya, komunikasi waktu itu menjadi sangat minim dan bahkan sekedar berbicara atau mengobrol yang dulu menjadi kebiasaan menjadi hal yang sangat berharga, jujur gue kadang kangen sendiri dengan isi perbincangan atau sekedar ngobrol ngaler ngidul kita kalau malem dulu (tssaaahh). Terhitung 3 tahun sampai sekarang, padahal baru 3 tahun kenal dengan sosok ini, namun begitu banyak hal yang gue dapet jujur ajah iyah serius. Bagus Ryan ini anak muda yang karna usianya lebih muda dari usia gue sendiri, semangatnya yang selalu gue suka, sikapnya yang periang dan supel membuat dia banyak disayangi dan dikenal banyak orang. Perbedaan usia kadang memberi kesan bagus belum dewasa di beberapa hal, tapi selebihnya bagus jadi orang yang lebih dewasa dibandingkan dengan rekan rekan seusianya. Bagi gue sendiri, Bagus ryan itu bukan orang lain, tapi udah bener bener gue anggep saudara, adek kandung gue sendiri yang selalu punya cerita buat dia bagi, selalu punya semangat yang selalu ditularin dan selalu punya ide cemerlang yang ia pikir. Sosok yang berkesan buat gue, walaupun mungkin sekarang bagus udah nemuin jati dirinya yang sesungguhnya di kampus, komunikasi yang sudah dikatakan ‘jarang’, kesibukan dan aktivitasnya sekarang yang sudah sangat jauh berbeda, ketertarikannya yang beberapa sudah putar haluan dsb. Ada rasa rindu kadang, yang selalu ditunggu tunggu, pertayaan seperti halnya “bang besok ada kuliah ga? Ngobrol yu!”, “bang besok maen yu, carbuk (cari buku)”, “rumbel lagi sibuk ngapain?” misalnyaa.. Sosok adik laki laki ini yang semoga dengan aktivitas barunya sekarang Allah berkahi dan mudahkan, langkahnya yang selalu lurus, jiwa dan semangat mudanya semoga selalu ada dan dirasakan kebermanfaatannya oleh orang orang disekitarnya, semoga dengan jati dirinya yang sudah ditemukan, haluan atau orang orang yang sudah menjadi tokoh ‘abang’ atau ‘mba’ buat dia sekarang selalu memberikan dampak positif buat dia.. Gak kerasa emang namanya juga waktu, beberapa bulan lagi (semoga) dunia pasca kampus gue hadapi, artinya cukup banyak kenangan yang tertoreh jadi pembelajaran buat gue dari orang orang yang demi Allah berkesan buat gue pribadi, banyak hal masih harus gue perbaiki dengan belajar dari mereka, salah satunya adek gue ini. Bentar lagi bakalan jarang bisa nemuin ini bocah, huuhhhfft seneng pernah deket dan ngambil banyak pelajaran dari dia. Bagus Ryan semoga tetap jadi adik (meskipun gapernah nganggep gue abangnya) terus yah boy.

Semoga Allah berkahi dan mudahkan terus langkahmu adikku !!!

Setengah Hati Pemerintah DKI dalam penerapan sistem pendidikan I(nk)lusi di Jakarta

Oleh Ryan Bagus P.
sumber foto: Solider.or.id

Pemerintah Indonesia belakangan amat gencar menggadang-gadang sistem pendidikan Inklusi, yang mana ini merupakan gagasan lama yang kembali mulai dibenahi lagi terkait sistem, layanan dan lain-lainnya. Di Indonesia sistem pendidikan inklusi sendiri di deklarasikan secara formal pada tanggal 11 Agustus 2004, hal ini merupakan satu langkah dari niat baik pemerintah dalam mengkampanyekan “Education For All” di Indonesia. Yang mana merupakan implementasi dari Kogres yang daiadakan di Jomtien, Thailand 1990 yang membuahkan gagasan “education For All (EFA)” Jakarta sebagai representasi serta muka dari Indonesia pun turut serta dalam gagasan tersebut, bukti dari keseriusan Pemerintah Daerah(PEMDA) Jakarta bahkan telah dituangkan dalam peraturan Gubernur (PERGUB) nomor 116 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan inklusi. Peraturan yang tersaji dalam PERGUB nomor 116 th.2007 ini merupakan angin segar bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus(ABK) atau bagi para penyandang disabilitas. tertera dalam bab III tentang penyelenggaraan pendidikan inklusi, pasal 4 ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa setiap kecamatan sekurang-kurangnya memiliki tiga TK/RA, SD/MI dan satu SMP/MTs yang menyelenggarakan Pendidikan InkLusI. Bayangkan betapa bermanfaatnya peraturan tersebut jika memang anak-anak berkebutuhan khusus tak perlu lagi jauh-jauh ke Sekolah luar biasa yang memang tidak terlalu banyak di jakarta ini dan dapat masuk ke lingkungan sekolah-sekolah umum yang berdekatan dengan rumahnya, Jika memang peraturan tersebut benar-benar terealisasikan. Selain itu dalam peraturan gubernur nomor 116 th.2007 pada pasal 6 juga disebutkan bahwa: Setiap sekolah/madrasah yang akan menyelenggarakan pendidikan inklusi sekurang-kurangnya harus memiliki Persyaratan sebagai berikut : (a). Tersedia guru pembimbing khusus yang dapat memberikan program pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus (b). Tersedia sarana dan prasarana bagi peserta didik berkebutuhan khsusus serta memperhatikan aksesibilitas dan/atau alat sesuai kebutuhan peserta didik (c). Memiliki program kegiatan yang bertujuan untuk mengembangakan pendidikan inklusi. Lagi-lagi ini merupakan angin segar jika memang kebijakan pemerintah tersebut benar-benar dapat terealisasikan dalam kenyataan, mimpi anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat memperoleh pendidikan yang layak rasanya bukan lagi hanya sekedar mimpi. Jika memang peaturan tersebut dapat di realisasikan. Namun peraturan tinggalah peraturan, Pemda DKI dirasa belum sepenuh hati dalam menerapkan sistem pendidikan inklusi di Jakarta, terbukti masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan dalam kurun waktu 8 tahun terakhir. sekolah-sekolah yang berlabelkan inklusi seolah menjamur di Ibukota tapi hanya sekedar mengugurkan kewajiban Pergub, yang megharuskan minimal ada satu sekolah inklusi dalam satu kecamatan. Tanpa di dukung dengan penyelenggaraan pendidikan inklusi yang benar-benar baik (SDM,Program,SarPras).

Anak-anak berkebutuhan khususpun hanya sebagai pajangan tanpa mendapatkan Haknya menerima pelayanan pendidikan yang sama. Amat di sayangkan mengingat anggaran pemerintah daerah tidaklah kecil dalam penerapan sistem Inklusi. Sudah saatnya pemerintah benar-benar berbenah sepenuh hati dalam menerapkan sistem pendidikan inklusi, karena begitu banyak kebermanfaatnya bagi anak berkebutuhan khusus jika memang peraturan gubernur tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sudah saatnya pula pemerintah membenahi layanan pendidikan sekolah inklusi yang belum maksimal, kenapa ? karena secara tak langsung pemerintah melakukan tindakan diskriminatif dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang tidak terlayani dengan penuh di sekolah inklusi. Seyogyanya Jakarta sebagai Ibukota negara dan muka dari Indonesia, harus mendewasakan diri menjadi kota yang tidak saja ramah terhadap orang ”normal” tetapi juga terhadap disabilitas.